Jatuhnya harga minyak masih merupakan isu yang terbesar dalam sejarah energi pada saat ini. Mengingatkan kita akan krisis di negara-negara penghasil minyak anggota OPEC seperti Russia dan Venezuela pada tahun 1998 yang berujung pada krisis keuangan yang melanda dunia. Tapi mengapa harga minyak terus jatuh? Kembali pada bulan Juni 2014, harga minyak mentah naik menjadi sekitar $ 115 per barel. Tetapi pada 23 Januari 2015 turun menjadi lebih dari setengahnya; $ 49 per barel.
Cerita singkatnya seperti ini: Dalam dekade terakhir ini, harga minyak telah "terkerek" sangat tinggi - melonjak sekitar $ 100 per barel sejak 2010 - karena melonjaknya konsumsi minyak di negara-negara seperti China yang memacu produksinya dalam kecepatan tinggi, sanksi ekonomi internasional atas Iran dan Libya serta konflik di negara-negara penghasil minyak utama seperti Irak mengakibatkan ketidakpastian akan ketersediaan pasokan. Hal ini mengakibatkan kekuatiran dikalangan para pelaku industri sehingga mereka bahkan menambah tekanan permintaan dengan penimbunan cadangan minyak untuk menjaga kestabilan produksi. Atas semua tekanan permintaan ini, produksi minyak dari ladang konvensional masih belum dapat memenuhi permintaan, akibatnya harga minyak melayang sekitar $ 100 per barel antara tahun 2011 dan 2014.
Tapi di balik semua itu, banyak dinamika yang terjadi yang dengan cepat beradaptasi dengan tingginya harga minyak. Harga yang tinggi mendorong perusahaan di Amerika Serikat dan Kanada untuk memulai pencarian ladang minyak baru dan mendorong ditemukannya pemecahan masalah tehnik pengeboran minyak dengan tingkat kesulitan tinggi seperti fracking dan pengeboran horizontal di shale North Dakota dan pasir minyak Alberta.
Amerika Serikat sendiri saja telah menambahkan sekitar 4 juta barel minyak mentah per hari ke dalam pasar global sejak 2008. (Produksi minyak mentah global adalah sekitar 75 juta barel per hari, jadi 4 juta perbarrel adalah jumlah yang signifikan.)
Hal ini kemudian diikuti; melemahnya permintaan dari negara-negara Eropa dan Asia akibat tekanan ekonomi serta China yang mengurangi kecepatan produksinya, ditambah dengan banyaknya regulasi lingkungan hidup dan udara yang diterapkan di China. Amerika Serikat sendiri selama sepuluh tahun terakhir ini melemah ekonominya. Kesemuanya ini ditambah dengan penggalakan effisiensi energi secara global; kendaraan menjadi lebih hemat bahan bakar dan penemuan sumber daya energi ramah lingkungan seperti turbin-turbin udara dan tenaga surya, akhirnya tanpa ter-elak-an, pada akhir tahun 2014 mengakibatkan level supply berada diatas level permintaan dan harga minyak terjun bebas.
Selain itu pada saat ini Sanksi terhadap Iran dan Libya telah berakhir dan walaupun ancaman terrorisme dari ISIS dan AL Qaeda tetaplah merupakan hal yang mengerikan namun hal ini tidak mengancam konsistensi produksi minyak karena ditemukannya ladang-ladang minyak baru di Amerika dan Kanada yang bukan merupakan anggota OPEC.
Ketika harga turun, banyak pengamat menunggu untuk melihat apakah OPEC, kartel minyak terbesar di dunia, akan mengurangi produksi untuk mendorong kembalinya harga sehingga mereka tetap bisa meng-cover biaya produksi. Tetapi pada pertemuan besar November lalu, OPEC tidak melakukan apa pun. Arab Saudi tidak mau menyerahkan pangsa pasar dan menolak untuk memangkas produksi.
Hal ini mungkin diakibatkan Arab Saudi tidak ingin kejadian yang sama di tahun 1998 berulang kembali. Ketika itu mereka setuju untuk memangkas produksi dengan harapan agar harga kembali naik tetapi pasar tidak merespond. Pada saat itu harga tetap turun dan Arab Saudi kehilangan pangsa pasarnya. Sebuah pengorbanan yang sia-sia menurut mereka.
Pada saat ini Arab Saudi telah menimbun cadangan devisa sebanyak sekitar $750 milyar dollar yang memungkinkan mereka untuk tetap aman dikala hasil penjualan minyak tidak memungkinkan untuk dijadikan sumber penghasilan.
Kombinasi dari semua ini mengakibatkan harga mulai turun pada sekitar bulan Juni 2014 dari $115 per barel turun menjadi sekitar $ 80 per barel pada pertengahan November 2014 dan $49 pda 23 January 2015. Dan itu masih merupakan awal ...
Untuk semua maksud dan tujuan, OPEC kini terlibat dalam "perang harga" dengan Amerika Serikat. Para pelaku industri kini sedang menikmati akibat dari perang harga tersebut sambil terus mengamati apakah krisis di negara-negara OPEC atau tinggi nya biaya ekstraksi minyak dari ladang-ladang minyak di Amerika dan Kanada akan membawa harga minyak naik kembali.
"Hi!..
ReplyDeleteGreetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
Aktual
"Hi!..
ReplyDeleteGreetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
Aktual