Info Dunia Tambang, Bisnis dan Ilmu Teknik

Teknik Alat Berat, polman ASTRA.

JAKARTA, tribunkaltim.co.id -  Harga batubara masih terus melemah. Sentimen negatif ini masih dipengaruhi dari kondisi ekonomi di China. Kontraksi sektor industri manufaktur negara pengimpor batubara terbesar ini memicu spekulasi penurunan permintaan. Harga batubara untuk pengiriman Juli 2013 di ICE Futures melemah 0,81% menjadi US$ 85,70 per metrik ton, Kamis (6/7), jika dibanding hari sebelumnya. Penurunan harga ini mencapai titik terendah dalam sepekan, dibandingkan dengan pekan lalu yang pernah mencapai angka tertinggi sejak 29 Mei 2013 di US$ 88 per metrik ton.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, penurunan harga batubara disebabkan oleh adanya komoditas energi lain yang menyaingi batubara. Salah satunya adalah gas yang mulai banyak digunakan. "Di China, produsen melirik gas dan tenaga air sebagai sumber energi. Sebaliknya, makin sedikit produsen yang menggunakan batubara," ujarnya.Gas merupakan sumber energi yang masih melimpah ruah dibandingkan minyak bumi dan batubara. Menurutnya, harga batubara akan sulit terdongkrak naik akibat persaingan energi ini. "Tidak ada sentimen positif yang menopang batubara," tambahnya.

Analis Philips Futures Indonesia, Juni Sutikno menambahkan, tekanan terhadap batubara akan terus terjadi. "Jumlah permintaan batubara cenderung menurun karena sumber energi lain menggantikan," ujarnya.

Larangan impor batubara berkalori rendah di China kemungkinan akan berpengaruh pada harga batubara karena potensi pembelian yang lebih selektif. Tahun lalu, China mengimpor 289 juta ton batubara. Sekitar 50 juta diantaranya tidak memenuhi kriteria baru Badan Energi Nasional China. Aturan ini tentu berdampak pada produsen batubara di Indonesia. China bisa saja mencari sumber batubara berkalori lebih tinggi seperti dari Australia. Juni memperkirakan, harga batubara akan sedikit terangkat jika pertumbuhan ekonomi di Eropa memulih. "Namun, sentimen negatif cenderung lebih besar," ujarnya.

Juni memperkirakan, tren pergerakan harga selama sepekan sulit untuk naik. Ini ditunjukkan oleh indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih terus bergerak negatif. Harga masih di bawah moving average (MA) 50. Relative strength index (RSI) di level 25, dan indikator stochastic yang jatuh. "Saya rasa tekanan masih akan terus berlangsung hingga akhir semester pertama mendatang," ujarnya.

Kiswoyo memperkirakan, tren penurunan harga batubara akan berlanjut cukup lama, bahkan mencapai lima tahun. Ia memprediksi, harga batubara akan berada di level rata-rata US$ 83 - US$ 87 per metrik ton. Sedangkan, Juni memprediksi, harga batubara berpotensi tertekan. Ia meramal, harga akan berkisar US$ 83,40 - US$ 88 per ton.

3 komentar:

  1. moga tidak berimbas pada sektor lainnya.

    ReplyDelete
  2. Ini yang sedang di kuatirkan. Jika harga batubara turun maka akan banyak membuat tambang2 goyang khususnya tambang kecil yang bisa membuat pembatasan tenaga kerja yang akan membuat indonesia menambah angka pengangguran.

    ReplyDelete
  3. makasih gan buat infonya dan salam sukses

    ReplyDelete

Pastikan tinggalkan komentar Anda setelah membaca sebagai acuan kami dalam melakukan perbaikan di setiap post yang kami buat.

ARTIKEL TERLARIS